Minggu, 31 Maret 2013

Temanku Hilang (lagi) Satu



Semangat pagiku bersiap menikmati
Sebuah ciptaanNYA…
Diam namun kuat..
Terpinggirkan namun bermanfaat

Senyum pagiku masih mengembang
Menikmati tiap partikel udara segar
Kala itu…
Ya.. kala itu…

Waktu itu,
ketika sang surya sangat cerah
ketika manusia-manusia mulai padat ingin kembali ke peraduannya
Kau hanya diam, melindungi..
Kau hanya diam, meneduhkan..
Kau hanya diam, memberikan kesegaran

Ya..
Kau memang hanya bisa diam
Bahkan ketika kau tercabik, terpotong!

Aku sangat rindu..
Kuharap akan ada penggantimu


*Terinspirasi dari mulai hilangnya pohon-pohon di Jalan Ahmad Yani Pontianak
readmore »»  

Kamu (Hebat)



Hari ini, kamu dalam transisimu..

Berusaha tegar sekuat biasamu
Semua rasa percayamu..
Masih ada padaku

Lepaskan..
Masih setia telingaku
Biarkan..
Masih lapang pundakku

Kamu hebat..Ya, KAMU HEBAT 
readmore »»  

Menghitung Rezeki Orang? hahahah, it isn't my style!



Sampai saat ini saya tetap percaya bahwa rezeki orang itu sudah diatur, tinggal bagaimana cara kita untuk menjemputnya. Walau sering kali rezeki yang saya jemput ditebengi orang lain. Anggap saja saya beramal. Saya sering takut kalau-kalau kelak saya jadi orang yang suka menghitung-hitung apa yang sudah saya perbuat, apa yang sudah orang lain dapatkan dari saya. Dalam benak saya terlihat jelas bagaimana jahatnya saya kelak. Menuhankan nilai/harga/value/cost? Apa bedanya saya dengan mereka yang suka menebengi rezeki orang ? Kalau saya takut akan citra yang terbentuk di diri saya karena value tersebut, apa bedanya ? Biar saja orang dapat apa dan saya dapat apa. Cukup saya dan tuhan yang tau.

Tapi memang BOHONG kalau saya tidak merasa marah, BOHONG kalau saya tidak merasa sakit. Tapi… Buat apa ? Saya tidak boleh seperti mereka! Satu-satunya cara meredam hati & menghibur diri adalah dengan mengubah pandangan saya atas apa yang terjadi. Saya seharusnya bangga, saya bisa membantu orang lain mendapatkan value mereka, citra mereka. Memang bisa dibilang dirugikan secara sepihak. Namun perjuangannya itu yang tak ternilai…. dan tentu saja tidak selalu nampak. Di sekitar saya masih baaaanyak orang-orang hebat dengan perjuangan yang hebat. Masih baaaanyak yang bisa saya curi cara berjuangnya. Jadi buat apa saya menghitung-hitung rezeki orang yang tidak hebat ?
readmore »»  

Sabtu, 16 Maret 2013

Tulisan: Terhapus dan Kembali




Malam ini sudah berkali-kali saya menulisakan status di facebook dan twitter, namun selalu saya hapus kembali sebelum diterbitkan. Saya tulis lagi dengan isi berbeda kemudian kembali saya hapus, begitu seterusnya sampai mungkin ada 6 kali. Kemudian saya terkekeh sendiri, apa ini? Kenapa saya begini ? Sebegitu pentingkah membuat status di laman itu sehingga saya harus berulang-ulang menulis dan menghapus? Apa harapan saya jika menurut saya status itu bagus atau menarik? Tak satupun yg terjawab, saya tidak tau.

Berkali-kali, sering terlintas di pikiran saya untuk menonaktifkan kedua akun itu. Namun berkali-kali pula selalu ada penolakan di diri saya. Takut ketinggalan informasi, takut tidak mempunyai jaringan teman dari banyak tempat, takut tidak tau bagaimana perkembangan saudara di luar sana dan masih banyak hal yang membuat saya selalu tidak berhasil menonaktifkan akun-akun itu.

Paragraf ketiga ini, saya tuliskan hampir sama seperti saya ingin menuliskan status di facebook & twitter barusan. Saya tulis, saya hapus kembali. Seolah-olah jika saya mendapatkan orang membaca tulisan ini kemudian saya akan menjadi artis ? Jika orang suka apa kemudian saya akan menjadi penulis ? Bagaimana kalau tidak suka? Kemudian saya akan berhenti untuk menulis selamanya ? Pertanyaan-pertanyaan ini tetap saja tidak bias saya jawab. Apakah ini kebutuhan ? Saya kadang merasa sangat mudah untuk menuliskan sesuatu ketika ada pengalaman yang menarik-sangat menarik dan buruk-sangat buruk. Di masa itu dengan mudahnya saya dapat merangkai kata-kata. Tapi ketika saya dalam kondisi biasa-biasa saja mengapa saya seperti orang kebingungan ? Entahlah.. Yang saya yakini adalah saya harus mempunyai dasar atas apa yang akan saya lakukan, termasuk menulis. Saya harus mempunyai tujuan atas apa yang akan saya lakukan, termasuk menulis.

Tapi kenapa harus dengan menulis ?

Orang-orang mungkin bisa menilai saya dari tulisan-tulisan yang saya buat. ‘Citra’ saya mungkin bisa terbentuk, berbeda-beda di mata yang berbeda, dari sudut pandang yang berbeda. Di kalangan Akademisi, sebuah tulisan dapat di uji kebenaran dan pertanggung jawabannya untuk memberikan sebuah ‘citra’ bagi sang penulisnya. Citra itu adalah gelar akademisi. Lalu apa gelar yang saya dapat jika orang-orang sudah tau ‘citra’ saya dari tulisan-tulisan pendek di situs jejaring sosial itu? Sedangkan tak pernah sedetikpun tulisan-tulisan saya ini di uji kebenarannya. Tak pernah ada yang tau apkah itu benar atau salah. Tak pernah ada yang mempertanyakan tanggung jawab saya atas apa yang saya tulis. Lalu kenapa saya masih tetap menulis disana? Pertanyaan-pertanyaan ini muncul entah dari mana dan untuk apa, saya masih belum tau apa yang saya dapat kalau saya bisa menjawab pertanyaan yang saya buat sendiri. Mungkin jawaban-jawaban akan muncul dari mana saja, sama seperti pertanyaan yang muncul dari mana saja.

readmore »»  
 

Maul's World